Kita telah ditakdirkan
oleh Yang Maha Kuasa hidup di bumi Indonesia, yang letaknya ribuan kilometer
dari negeri Arab, tempat di mana agama Islam diturunkan dengan perantara bahasa
Arab. Otomatis, bahasa Arab menjadi bahasa asing bagi kita. Sementara seluruh
bacaan dalam shalat, yang sebenarnya di dalamnya berisi doa-doa, pujian, kabar
gembira dan peringatan, dilafalkan dalam bahasa Arab, di mana sebagian besar
dari kita tidak menguasainya secara mendalam sehingga makna-makna dari doa-doa
itu menjadi terlewatkan. Padahal hal makna itu lebih penting dan utama dari
sekedar lafal secara lisan. Hal ini dapat diartikan kondisi yang kurang
menguntungkan bagi kita yang terlahir di Indonesia, tetapi Allah yang Maha Adil
tentunya akan memberi nilai yang lebih bagi kita yang benar-benar berusaha
untuk memahaminya. Dan sebagian besar dari kita, mulai TK, TPA, sampai kuliah,
dalam pelajaran agama Islam, sepertinya kita lebih ditekankan pada penguasaan
ritual-ritual bacaan secara lisan melalui hafalan-hafalan, dan sedikit sekali
penekanan pada maknanya itu sendiri.
Saya pribadi merasa
punya kelemahan dalam menghafal mati, apalagi pelajaran SD dan SMP banyak
sekali bacaan-bacaan, baik itu bacaan shalat, surat dan ayat Al Qur’an, serta
hadist-hadist yang harus dihafal karena menjadi dasar penilaian di mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam, di ma mau tidak mau kita harus menghafalnya.
Untuk menyiasati kelemahan itu, saya mencoba menghafal dengan mengait-ngaitkan
arti bacaan itu, sehingga didapatkan logika hubungan antara lafal Arab dengan
arti Indonesia-nya. Dengan cara seperti itu, lebih mudah bagi saya untuk
menghafalkannya, meskipun memakan waktu yang lebih lama. Dalam kosakata bahasa
Arab, memang banyak sekali dijumpai lafal yang berbeda, meskipun memiliki arti
yang mirip, tetapi pada dasarnya memiliki sebuah lafal dasar yang sama,
seperti: arrahmaanirrahiim, warhamni, rahimakulullah, warrahmah dan lainnya,
lafal-lafal itu pada dasarnya bermakna tentang kasih sayang, hanya berbeda
dalam konteks kalimatnya, sehingga lafalnya pun berubah.
Sebenarnya bacaan-bacaan
dalam shalat yang kita lafalkan setiap hari memiliki makna yang luar biasa jika
kita mampu menyelami maknanya di setiap bacaan yang kita ucapkan. Dengan
memahami maknanya, menjadikan pikiran kita lebih konsentrasi, dan terasa bacaan
itu menghadirkan sebuah kedekatan, harapan, dan kasih sayang Allah SWT pada
kita. Memang hal ini menjadikan waktu shalat kita akan berdurasi lebih lama.
Salah satu bacaan dalam shalat yang menurut saya sangat penuh makna harapan dan
kasih sayang Allah adalah pada saat duduk di antara dua sujud, di mana bacaan
itu sebenarnya adalah sebuah doa yang sederhana, tetapi mencakup segala aspek
untuk mendapatkan kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Saya yakin,
hampir semua dari kita umat Islam, hafal dengan bacaan pada saat duduk di
antara dua sujud. Tetapi barangkali ada dari kita yang kurang mau memahami
makna dalam bacaan itu. Jika dilihat dari jumlah katanya maka ada delapan buah
doa di dalamnya, yaitu sebagai berikut:
1. Rabbighfirlii, Ya
Rabb ampunilah aku…. Sebagai manusia, kita selalu diliputi dengan khilaf dan salah, baik
di mata manusia maupun di mata Allah, baik yang kita sadari maupun tidak. Untuk
itu sebagai wujud ingin membersihkan diri dan juga bersih di mata Allah, kita
selalu memohon untuk diampuni kesalahan-kesalahan kita, dan yakin Allah yang
Maha Pengampun pasti mengampuninya, ini akan menjadi sebuah kekuatan dalam
batin kita.
2. Warhamni, Ya Rabb,
kasihilah aku…. Setelah kita mohon ampun, kita meminta untuk senantiasa dikasihi Allah,
disayangi, dirahmati, dan diridhai. Bagaimana rasanya jika kita senantiasa
disayangi, tentunya sangat menentramkan. Dengan disayangi, tentunya kita akan
selalu diberi lindungan, keselamatan, dan petunjuk sehingga hidup kita selamat
dan bahagia.
3. Wajburnii, Ya Rabb,
perbaikilah diriku, perbaikilah kekurangan-kekuranganku…. Manusia bukanlah
malaikat yang suci dari dosa, manusia penuh dengan kekurangan, pernah melakukan
dan dekat dengan kesalahan-kesalahan, untuk itu kita memohon untuk diberikan
perbaikan, dijagakan dari kesalahan-kesalahan, sehingga kita menjadi manusia
yang baik di mata Allah dan insyaAllah akan baik pula di mata manusia.
4. Warfa’nii, Ya Rabb,
angkatlah derjatku…. Kita memohon untuk dijadikan manusia yang benar, manusia yang tinggi
derajatnya di sisi Allah, manusia yang benar, manusia yang baik, dan tentunya
juga menjadi manusia yang terhormat di mata manusia.
5. Warzuqnii, Ya Rab,
limpahkan pada hamba rizki…. Hidup tidak bisa dilepaskan dari rizki, atau
dengan kata lain harta. Kita punya keluarga yang menjadi tanggung jawab kita
untuk menghidupinya, untuk mensejahterakannya, untuk memberikan rasa aman dan
tentram, serta untuk menjaga kehormatan, maka harta menjadi salah satu
medianya. Maka dari itu kita mohon untuk diberikan kemurahan dan kecukupan
rizki, dengan rizki yang halal dan berkah.
6. Wahdinii, Ya Rabb,
selalu berilah hamba petunjuk…. Petunjuk, cahaya, tuntunan dan
hidayah Allah adalah kunci untuk keselamatan hidup. Kita memohon untuk
diberikan bimbingan, petunjuk, dan arah yang benar untuk setiap langkah kita,
sehingga kita akan melewati jalan yang selamat dan terhindar dari jalan yang
salah dan sesat dalam rangka menuju kehidupan yang hasanah di dunia dan
akhirat.
7. Wa’aafinii, Ya Rabb
berilah hamba kesehatan…. Kesehatan tidak ternilai harga dan nikmatnya.
Sakit gigi saja, menderitanya sungguh luar biasa, apalagi sakit-sakit yang lain
yang sangat menyiksa dan kadangkala menghabiskan biaya yang luar biasa untuk
pengobatannya. Dan Allah pun menyuruh dan memberi kesempatan pada kita untuk
meminta sehat itu. Sekali lagi, sehat adalah nikmat yang luar biasa, kita akan
merasakan itu adalah nikmat yang luar biasa tatkala kita mendengar atau
mengetahui orang di sekeliling kita yang mengalaminya.
8. Wa’fuannii, Ya
Rabb, maafkanlah hambamu ini…. Yang terakhir, kita ingin selalu
dalam kasih sayang, perlindungan, petunjuk, karunia rizki dan sehat, maka kita
berusaha untuk lebih dekat lagi dengan senantiasa merendahkan diri, mendekat,
dan memohon maaf.
Demikianlah delapan
doa tersebut. Makna doa akan sangat terasa, jika kita mampu menjaga konsentrasi
kita untuk memaknai setiap lafalnya, dengan sikap penuh harap, dan merasakan
seakan-akan Allah di dekat kita, dan mendengar doa itu, serta dengan penuh
keyakinan, pasti Allah akan mengabulkannya. Ada sebuah ungkapan “Doa tanpa
Usaha adalah Kebohongan, Usaha tanpa Doa adalah Kesombongan”, itu memang benar
adanya dalam konteks agama Islam. Jika kita hanya berpangku tangan, malas,
tidak berikhtiar maka hal itu adalah sikap yang membohongi Allah, sedangkan
jika mengabaikan doa kepada Allah, dan merasa kita mampu sendiri, maka hal itu
adalah sebuah kesombongan di hadapan Allah. Dan secara lahiriah, doa tentunya
memberikan efek psikologis yang luar biasa terhadap setiap upaya yang kita
lakukan, dan juga akan memberikan landasan kepasrahan pada Yang Maha Kuasa,
sehingga jika memang kita mengalami kegagalan, maka tidak akan menjadi sesuatu
yang menyakitkan. Demikian, semoga bermanfaat…. aamiin.
0 comments:
Post a Comment